*Seminar Memperingati Hari Sumpah Pemuda (Bulan Bahasa) 2024 Ibu Munakhiroh El-Hajar,M.Pd Sebagai Narasumber.*
Selasa, 29 Oktober 2024
Rabu, 25 Oktober 2023 181 kali
Guru, Kurikulum, dan Pembelajaran Abad 21
Depok (30/10) – STAI Al-Hamidiyah Jakarta menyelenggarakan Bedah Buku Desain Kurikulum dan Pembelajaran Abad 21 karya Prof. Dr. Fauzan, M.A dan Fatkul Arifin, M.Pd. Acara ini diselenggarakan pada 25 Oktober 2023 di Kampus STAI Al-Hamidiyah Jakarta sebagai acara puncak dari Kegiatan Bulan Bahasa yang bertajuk “Transformasi Pendidikan di Era Digital”.
Sebagai narasumber utama dalam bedah buku ini adalah sang penulis buku, Prof. Dr. Fauzan, M.A, dan narasumber yang turut hadir untuk membedah buku adalah Direktur Pendidikan Yayasan Islam Al-Hamidiyah Ibu Dr. Farida Wulandari, M.Pd. Bedah buku ini pun dimoderatori oleh Ibu Eva Siti Faridah, S.Si M.Pd, Wakil Ketua Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni. Acara ini juga terselenggara dengan adanya dukungan dari Penerbit Prenada Media Grup.
Dalam presentasinya, Prof. Dr. Fauzan, M.A menjelaskan bahwa terdapat 5 hal yang paling digarisbawahi dalam buku yang ditulisnya ini, antara lain: guru sebagai elemen penting dalam pengembangan kurikulum, konsep kurikulum secara utuh, bentuk kurikulum yang konkret (written curriculum) vs kurikulum tersembunyi (hidden curriculum), pergantian kurikulum, dan Teori Pembelajaran.
“Eksistensi guru merupakan faktor penentu dalam mendesain kurikulum. Guru adalah pengembang kurikulum yang nyata. Kurikulum tidak ada artinya jika tidak diimplementasikan dalam pembelajaran di kelas,” kata Prof. Dr. Fauzan, M.A (25/10)
Ibu Dr. Farida Wulandari, M.Pd menambahkan bahwa buku ini mengajak para guru untuk survive dalam mengaktualisasikan perannya sebagai pendidik. Profesionalisme guru menjadi penting untuk ditingkatkan dengan memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Terutama dalam menghadapi pendidikan di abad 21, yang menuntut adanya kecakapan 6 C (critical thinking, creativity, collaboration, communication, character dan citizenship).
Kurikulum, dalam penjelasan Prof. Dr. Fauzan, M.A selalu mengalami perubahan karena perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Perubahan kurikulum menunjukkan bahwa kurikulum haruslah dapat beradaptasi dengan perubahan zaman. Kurikulum harus bersifat fleksibel dan membuat perubahan, jelasnya.
Terkait teori pembelajaran, menurut Beliau, merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Jadi silahkan menerapkan teori yang mana, selama suasana pembelajaran fun, para pesera didik enjoy, selama guru mempertimbangkan kebutuhan para peserta didik, ya its ok. karena pembelajaran sejatinya adalah milik murid, ujarnya.
Senada dengan hal tersebut, Dr. Farida Wulandari, M.Pd, menambahkan Kurikulum memang harus mengacu pada kebutuhan para peseta didik, misal salah satunya dengan menerapkan Development Appropriate Practice (DAP) dimana proses pembelajaran berdasarkan pada tahap perkembangan si anak sehingga lingkungan belajarnya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak tersebut.
Selain itu, kurikulum harus mengikuti nilai-nilai yang ada di dalam suatu negara. Misalnya, ada pembelajaran P5 (Proyek Penguatan Porfil Pelajar Pancasila) dalam Kurikulum Merdeka saat ini. Terkait Kurikulum Merdeka, Prof. Dr. Fauzan, M.A, mengharapkan bahwa dapat mencetak guru yang kreatif dan inovatif dan merdeka dalam mengembangkan bahan ajar dan modul pembelajaran secara matang.
Buku yang berisi 12 Bab ini, menurut Dr. Farida Wulandari, M.Pd, sangat memberikan insight baik untuk guru maupun bukan. Guru akan membaca ini sebagai bahan untuk me-refresh kembali pengetahuan tentang teori-teori pembelajaran, fakta fakta historis terkait perkembangan kurikulum, sedangkan bagi mahasiswa (atau calon guru) jadi mengetahui apa yang harus dilakukan sebagai seorang pendidik.
Acara bedah buku ini ditutup dengan sesi tanya jawab dari para peserta yang terdiri dari mahasiswa, para tenaga pendidik, juga tenaga kependidikan. Salah satu pertnyaaan yang menarik adalah bagaimana dengan proses pembelajaran abad 21 di pesantren yang kebanyakan masih konvensional, padahal di abad 21 ini lebih mengedepankan student centre learning?
Menurut Prof. Dr. Fauzan, M.A, konsep student centre learning sebenarnya adalah membuka dan menyediakan ruang berdialog agar peserta didik (santri) dapat terlibat dalam proses pembelajaran. Jika para siswa dilibatkan, pengaruhnya adalah anak menjadi senang belajar sehingga mereka melakukannya karena memang mereka ingin belajar bukan sekadar tuntutan. Walau adaptif terhadap perkembangan zaman, budaya pesantren seperti tawadhu harus tetap dilestarikan.
(Penulis : Aam)
News Update
Copyright 2025 - STAI Al-Hamidiyah Jakarta